Seperti Menjawab Soal

Ada 2 bagian soal, kedua bagian memiliki bobot yang sama :
  1.  Bagian pertama, soalnya mudah tapi harus hati – hati dalam pengerjaanya. Jawaban benar bernilai +1 , salah -1, dan tidak dijawab 0.
  2.  Bagian kedua, soalnya mudah tapi tahap-tahapan pengerjaanya lama. Mulai menurunkan rumus hingga ditemukan persamaan yang baru.
Yang dinyatakan lulus apabila nilainya diatas 70.

sumber : https://img.okezone.com/content/2013/03/26/373/781682/7qfrdyitac.jpg
Dari 2 bagian soal ini, ada 3 orang yang di survey manakah yang harus dikerjakan terlebih dahulu

  1. Orang pertama , mengerjakan bagian pertama dulu karena mudah walaupun harus berhati-hati dalam pengerjaanya. Jika dia mengerjakan nomer 2, maka dia yakin waktunya akan habis duluan.
  2.    Orang kedua, mengerjakan bagian kedua dulu karena dengan egonya , “cuman nurunkan rumus saja, masa gak bisa pokoknya bagian ini harus dikerjakan dulu. Dia tidak memikirkan berapa lawa waktu yang harus dia habiskan.
  3.  ketiga, tidak mengerjakan soal manapun karena bingung mana yang mau dikerjakan terlebih dahulu.
Suatu ketika waktu tinggal 10 menit terakhir,

  1.  Orang pertama sudah selesai mengerjakan bagian pertama. Dia mengerjakan soal yang paling dia yakini jawabanya kalau salah itu wajar dan tidak mengerjakan soal yang tidak dia ketahui.
  2.   Orang kedua belum selesai mengerjakan bagian kedua karena adalah kesalahan penurunan rumus dan dia terus mengulik dimana kesalahanya. Tanpa sadar bahwa waktunya tinggal 10 menit lagi.
  3.  Orang ketiga, karena panic dia mengerjakan bagian dua dulu. Karena bingung dia hanya menulis kembali soal bagian 2.
Waktupun habis, seminggu kemudian hasil dibagikan

  1.   Orang pertama berhasil mencapai nilai  72. Karena bagian pertama dia dapat nilai 35 (dari 70 soal dia mengerjakan benar 45, salah 10, dan kosong 15 ) dan dibagian dua dia dapat nilai 37 (dari nilai tertingginya 50).
  2. Orang kedua hanya mencapai nilai 48 karena hanya mengerjakan di bagian 2 saja. Otomatis dia harus remedial.
  3. Orang ketiga, karena hanya menulis soal , si Guru dengan rasa iba akhirnya memberi nilai 0. Ya mau gimana lagi, dia juga haru remedial.
Dengan rasa yang penuh kecewa, orang kedua bertanya ke orang pertama.
 “Kok , kamu bisa mengerjakan bagian pertama dan bagian kedua ?”
“Begini, saya tadi mengerjakan bagian pertama dulu dan ketika selesai ternyata bagian pertama itu membantu jawaban bagian kedua. Makanya saya bisa mengerjakanya walaupun tidak sempurna.”
“Oh gitu, saya terlalu focus dibagian dua sampai lupa waktunya habis hehe….”
“Iya begitu sobat, lain kali kalau sudah mentok lanjut ke soal yang lebih gampang ya ?”
“Sip, terimakasih wejanganya bro !”
Dan orang ketiga meminta orang pertama untuk mengajarnya , agar dia bisa lulus dari remedial.
Dari cerita diatas, dapat dibuat analogi…….

  1.  Bagian pertama, itu adalah amalan sunnah dan amalan wajib. Mudah tapi harus “hati-hati” jangan sampai ditinggalkan. Bernilai benar +1 artinya benar dan dikerjakan ibadahnya sesuai kaedah, bernilai salah -1 jika amalan wajibnya ditinggalkan, dan bernilai 0 jika amalan sunnahnya tidak dikerjakan.
  2.  Bagian kedua adalah pernikahan , soalnya mudah tapi tahap-tahapan pengerjaanya lama. Butuh usaha yang lebih dan “ketelitian” jangan sampai ada hal yang tertinggal.
Mendengar cerita orang pertama, berarti dapat diambil hubungan

  1. “Bagian dua mudah dikerjakan, jika mengerjakan bagian pertama terlebih dahulu”
  2.  Yang dibawah nilai 70 berarti dia harus mengulang dan memulai dari bagian pertama agar bagian keduanya lebih mudah untuk dikerjakan.
Ini berarti,
“Pernikahan ingin mudah maka kerjakanlah dulu amalan sunnah dan amalan wajib secara baik dan benar”
Nah, dari sini ada tiga tipe orang

  1. Orang pertama adalah orang yang tipe memantaskan diri di hadapan Allah dengan berusaha mengerjakan amalan sunnah dan wajib dengan baik dan benar. Sehingga dalam proses pernikahanya lebih mudah.
  2.  Orang kedua, adalah orang yang siap menuju pernikahan tapi dia tidak tahu bahwa amalan sunnah dan wajib merupakan hal penting dalam membangun mahligai rumah tangga.
  3. Orang ketiga, adalah orang yang ingin menikah tetapi hanya melalui angan-angan tanpa persiapan apapun. Akhirnya tidak ada satupun yang dia kerjakan.
Kesimpulanya , banyak orang yang ngebet pengen  nikah tapi dia lupa dengan amalan wajib dan sunnah. Sehingga pernikahan menjadi angan-angan belaka, dan amalan nya tidak dikerjakan ( berarti dia termasuk orang ketiga )
Menikah itu menyempurnakan separuh agama, tapi kalau menikah itu merupakan “bagian soal kedua” dan kita terlalu sibuk mengejarnya maka kita akan kehabisan waktu. Tanpa sadar bahwa hal yang bisa kita kerjakan saat ini adalah soal bagian pertama yaitu mengerjakan amalan sunnah dan wajib, agar mudah dalam mengerjakan soal bagian kedua.
Jadi buat loe-loe semua yang GALAU pengen nikah, maka jangan dulu kepikiran kearah sana sebelum bisa istiqamah dalam mengerjakan amalan wajib dan sunnah. Mudah-mudahan setelah “bagian soal pertama” bisa dikerjakan dengan baik, Allah swt akan mempermudah kita dalam jalan untuk “menyempurnakan separuh agama” . Aamiin.
 Penulisan ini berdasar pemikiran sendiri, apabila ada kesamaan ide mohon dimaafkan. Dan juga dibutuhkan kritik dan saran dari agan – agan semua agar dalam penulisan berikutnya bisa lebih baik.

oleh : Mufti H. Ridhwan
(Wakil Ketua Dept. Syiar Media Assalam Gen-X

0 Response to "Seperti Menjawab Soal"

Posting Komentar