Bersatu Lawan Terorisme

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang penduduknya mayoritas muslim. Lebih dari itu, jumlah muslim terbesar di dunia ada di Indonesia. Artinya, citra Islam dan muslim di negeri ini dipertaruhkan. Jika prestasi yang dibuktikannya, wujud perdamaian, kemajuan, dan peradaban bagi bangsa ini, maka umat muslim negeri ini dan juga muslim dunia pun akan bangga dengannya. Sebaliknya, jika muslim di Indonesia mengalami krisis, keruntuhan, ketidak-berdayaan, diadu-domba, dan dipermainkan, maka sedikit-banyak akan juga berpengaruh terhadap pencitraan Islam.

Sehingga, umat Islam terus berupaya, bekerja keras untuk membuktikan dirinya sebagai pembawa misi Islam rahmatan lil’alamin. Sekaligus juga harus memiliki benteng yang berlapis dari berbagai macam tipu-daya, adu-domba dan konspirasi yang menyudutkan dan menghancurkan Islam dan umatnya.

Salah satunya adalah upaya umat Islam untuk bersatu-padu, merapatkan barisan bersama pemerintah untuk menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terkait dengan peristiwa bom di Mega Kuningan, umat Islam sepatutnya bersatu-padu, berupaya membuktikan bahwa pemboman itu tidak dibenarkan dalam agama manapun, dan mengutuk tindakan tersebut. Lebih dari itu, umat Islam jangan mau mudah dipecah-belah, hanya gara-gara iming-iming materi, jabatan, atau dunia lainnya. Umat Islam harus ingat, teori politik belah bambu, satu kelompok diberi keluasaan dan kekuasaan, sedangkan kelompok yang lain ditindas dan dihancurkan.

Opini yang berkembang di media massa sekarang ini ada kecendrungan mengarahkan pelakunya dari umat Islam. Apa pun kelompoknya. Padahal Islam sendiri berlepas diri dari kejahatan-kejahatan pengkrusakan, teror juga bunuh diri.
Lantas siapa pelaku pemboman itu? Siapa itu Nurdin M. Top? Apakah asing juga terlibat? Tentu, kita harus menunggu pihak berwenang untuk mengungkap secara profesional dan proporsional siapa, pelaku, penggerak dan otak di balik itu semua.

Namun, dari berbagai informasi dan data, ternyata kelompok yang selama ini dituding di balik pemboman itu, juteru menolak aksi-aksi pemboman.

Abu Bakar Ba’asyir atau Wahyudin, tokoh sentral Ponpes Ngruki, tidak setuju jika peledakan bom di JW Marriot dan Ritz Carlton itu dilakukan kelompok muslim. Alasan Ba’asyir, sesuai rukun dan syarat jihad tidak dibenarkan melakukan peledakan seperti itu sebelum resmi menyatakan perang secara terbuka. (detik.com, rabu 22 juli 09).

Mantan aktivis JI, Abu Ghifari dalam diskusi di metrotv, Selasa malam, 21/7/09, menyatakan bahwa tidak ada dokumen mana pun dalam ajaran JI yang membenarkan adanya aksi pemboman dan menyuruh anggotanya untuk melakukan pemboman.

Sidney Jones juga menegaskan: “Penting untuk dibedakan antara Noordin dan JI. Dia memang anggota JI, tapi selama 5 tahun belakangan ini sudah menjadi ketua kelompok sempalan, di mana ada beberapa anggota JI tapi mereka tidak tunduk kepada JI sebagai organisasi,” kata Direktur International Crisis Group (ICG) kepada detikcom, Minggu (19/7/2009).

Bahkan dalam diskusi di metrotv, Selasa malam, 21/7/09, Sidney Jones menegaskan kembali bahwa petingi-petinggi JI tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan oleh Nurdin M. Top selama ini.

Juga Umar Abduh, salah satu aktivis yang dekat dengan JI, mengatakan dalam diskusi di tvone, Senin malam, 20/7/09 mengatakan bahwa JI hanya menjadi kambing hitam dari aksi pemboman itu.

Jika petinggi JI atau orang-orang yang selama ini dituduh terlibat dalam aksi-aksi selama ini menolak tindakan itu, dan tidak setuju dengan Nurdin M. Top, pertanyaannya adalah; Lalu siapa Nurdin M. Top Itu???

Kita juga tidak usah berspekulasi siapa dia, karena biarlah aparat berwenang membuktikan siapa dia sebenarnya?

Namun, boleh jadi, Nurdin M. Top adalah “piaraan” kepentingan tertentu, termasuk kepentingan asing yang jelas-jelas tidak suka dengan Islam, yang setiap saat atau kapan pun ia dibutuhkan, ia akan beraksi dan meledakkan . Dan itu yang terjadi selama ini, ketika umat Islam Indonesia sedang berpartisipasi dalam pemerintahan, atau ketika partai politik Islam ikut serta dalam pemilu atau menghadapi pemilu atau peristiwa-peristiwa tertentu, ketika itu, bom-bom diledakkan, dan tangan-tangan yang tidak bertanggung-jawab menelunjuk umat Islam. Inilah kenyataannya.

Cara-cara seperti ini tidaklah asing bagi umat Islam, sebagai contoh saja, pernyataan Mantan Kapendam III Siliwangi dan Kepala Biro Humas Depdagri RI Kol (Purn) HY Herman Ibrahim, mengungkapkan, berdasarkan pengalaman sejarah NII KW-IX memang benar-benar ada tapi berkolaraborasi dengan intelijen dan digunakan untuk menghancurkan NII itu sendiri.

“Maka dari pengalaman empirik bisa diambil kesimpulan bahwa penangkapan orang-orang NII yang dikaitkan dengan KW-IX hanyalah sebuah trik politik untuk membuat kesan Indonesia sungguh-sungguh melawan terorisme yang stigmanya senantiasa ditujukan pada Islam,” paparnya. (azaytun.wordpress.com).

Akankan drakula penyebar maut di negeri ini akan bisa dituntaskan? Atau sengaja dibiarkan masih hidup, dan dimanfaatkan, dengan tujuan untuk memukul kekuatan dan politik umat Islam, jika diperlukan.

Tentu, umat Islam harus bersatu padu dan mendukung pemerintah yang hendak melawan tindak kejahatan terorisme, siapa pun pelakunya. Dan pemerintah pun jangan mau tunduk pada kepentingan asing, dengan mengorbankan bangsanya sendiri. Allahu ‘alam.

Dakwatuna.com

0 Response to "Bersatu Lawan Terorisme"

Posting Komentar