Terhindar dari Ketergantungan Duniawi

Dalam kehidupan ini, hal-hal yang bersifat duniawi semacam
harta benda dan kekayaan lainnya, bukanlah suatu jaminan
atas keselamatan seseorang bila ia tidak mampu mengelolanya
dengan baik. Sebaliknya, ketiadaannya terhadap kepemilikan
kekayaan duniawi tidak akan membuat sengsara, bila kita
berpegang teguh pada tali Allah Swt.

Untuk itu, agar kita terhindar dari ketergantungan akan
cinta dunia dan tidak mengabaikan terhadap nikmat dunia
tersebut, maka diperlukan adanya keseimbangan dalam
memandang kekayaan duniawi ini. Yakni kita harus berperilaku
zuhud terhadapnya. Prinsip utama zuhud adalah meninggalkan
ketergantungan, tetapi bukan serta merta meninggalkan
kepemilikan.

Konsep seperti itulah, seharusnya yang tertanam dalam jiwa
seorang Muslim. Petunjuk ini dapat kita temukan dalam
Alquran. Allah Swt. berfirman, "Dan bila telah ditunaikan
shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
dari karunia Allah. Dan ingatlah Allah dengan ingat yang
banyak, agar kamu semakin beruntung." (QS. Al-Jumuah
[62]:10). Ayat ini dapat menjadi petunjuk akan tidak adanya
larangan atas kepemilikan. Namun, pada keterangan lain Allah
Swt. melarang tegas bagi siapa saja yang sangat tergantung
kepada dunia semata dan terkekang oleh perhiasannya. Firman
Allah,

"Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling
dari peringatan Kami dan yang tidak mengingini kecuali
kehidupan duniawi." (QS. An-Najm [53]: 29).

Berikut ini, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan
agar terhindar dari lilitan ketergantungan pada kekayaan
duniawi.

Tidak meletakan hal-hal duniawi di hati.
Orang zuhud itu akan meletakan dunia di tangan dan tidak
meletakannya di hati, serta tidak dengan membuangnya. Ini
kunci yang pertama bila kita ingin selamat dengan kekayaan
duniawi.

Oleh karena itu, hendaklah ia bersama Allah dan hatinya
lebih banyak didominasi oleh nikmatnya ketaatan, karena hati
tidak dapat terbebas sama sekali dari rasa cinta (baca:
cinta dunia atau cinta Allah). Kedua cinta ini di dalam hati
seperti air dan udara di dalam sebuah gelas.
Itulah sebabnya, barangkali mengapa Hisyam bin Hassan pernah
berkata, "Tiada seorang yang mengagungkan dirham kecuali
Allah akan menghinakannya."


Tidak hanyut dalam memburu kekayaan duniawi.
Perilaku hanyut dalam memburu kekayaan duniawi merupakan
sesuatu yang membahayakan. Sangat mungkin kesempatan dan
keseriusan seseorang dalam memburu kekayaan duniawi akan
berakibat manusia lupa akan kewajibannya berdakwah. Sehingga
pada ujungnya, hal itu akan membuat hatinya beku dan
mengeras serta jiwanya menjadi kering.

Sejarah memperlihatkan kepada kita, betapa banyak jiwa-jiwa
suci akhirnya tercemar. Adanya tali ukhuwwah yang kuat
akhirnya berakhir dengan kebencian dan kehancuran. Hal
demikian, tidak lain disebabkan adanya persaingan di antara
mereka dalam mencari kekayaan duniawi dan melupakan akhirat.
Adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf ra., kedua
sosok yang patut dicontoh, karena ia terkenal kaya, tetapi
selalu berpikir tentang akhirat.

0 Response to "Terhindar dari Ketergantungan Duniawi"

Posting Komentar