Catatan dari Seorang Pengajar TPA

Catatan dari Seorang Pengajar TPA

Dahulu saya adalah orang pegunungan, dilahirkan dan di besarkan di sebuah lereng pegunungan. Biasa waktu kecil mencari kayu bakar bersama rekan-rekan saya untuk memasak ibu, dan biasa pula kami bermain layang-layang di tebing sebuah gunung. Permainan semacam ini memang mengasikkan dan tak kalah asiknya denagn jika anak-anak kota memainkan video game.

Yang membuat sedih adalah kepindahan saya, ke sebuah tempat yang agak kota sedikit. Sedih tentu karena meninggalkan rekan sepermainan yng sejak kecil sering belajar kelompok bersama, atau bahkan bermain catur bersama.

Di tempat baru suasananya mungkin sebenarnya lebih baik, yaitu bahwa di samping rumah saya ada sebuah TPA yang dikelola oleh seorang pemuda desa. TPA ini katanya didirikan belum lama, dan bangunan fisiknya hanyalah sebuah rumah yang setengah jadi saja. Didirikan karena seorang guru SMA tetangga saya itu merasa kasihan jika anaknya beserta rekan-rekannya harus jauh-jauh pergi untuk belajar membaca Al Qur’an. Namanya memang bukanlah TPA, karena pada waktu itu memang belum ada metode yang semacam Iqra’ seperti saat ini.


Seorang pesuruh SD yang masih sukwan, diminta untuk mengajar TPA ini meskipun hanya denagn honor yang kurang memadahi. Dan Alhamdulillah jikalau akhirnya ini menjadi cikal bakal yang baik bagi dakwah di dusun kami.

Dahulu saya pernah berguru kepadanya, yaitu pada saat saya SMP, belajar membaca Al Qur’an dan menghafal beberapa ayat dari al Qur’an, serta belajar Fiqih keseharian. Tiga kali seminggu termasuk cukuplah. Dan lama kelamaan sewaktu saya kelas dua SMA saya diminta untuk menemaninya mengajar, walaupun dengan kemampuan yang pas-pasan. Dan kebetulan diwaktu itu pula saya diberi Allah nikmat kesadaran untuk lebih berIslam, sehingga denagn semangat, sayapun menerima tawaran itu. Kasihan memang, karena selainnya hanya ada satu orang lagi tenaga pengajar, dan ditambah saya, sehingga total ada tiga tenaga pengajar. Dan meskipun tak sampai dapat menghasilkan lulusan TPA yang mumpuni tapi saya sangatlah bahagia jika ada anak didik yang sampai tamat Iqra’ , apalagi sampai khatam Al Qur’an. Memang apa adanya, dan tidak sampai ada wisuda-wisudaan. SPP 500 rupiah perbulan mungkin memang hanya bisa untuk membelikan kapur tulis saja.

Waktu terus berlalu, karena ada kesibukan maka salah satu rekan beliau mengundurkan diri, demikian pula saya, karena saya harus melanjutkan study di ITS; tetapi Alhamdulillah, ada famili saya juga yang menggantikan saya, meskipun ia hanya mengajar anak-anak putri. Akan tetapi seiring waktu juga ia harus kuliah di IKIP Malang. Dan Alhamdulillah ia mendapat hidayah Allah jua dan menjadi seorang akhwat yang hanif.

Tinggallah ia sekarang sendirian, yah sendirian mengurus TPA. Jika saya pulang saya masih sering mendengarkan lantunan lagu mars TPA atau hafalan do’a-do’a dari TPA di sebelah saya itu. Kami santri TK al Qur’an rajin belajar giat beramal Qur’an ditangan jadi pedoman kita sambut kebangkitan Islam ……………….

Istiqomah, mungkin demikianlah yang membuatnya terus betah untuk mengelolanya. Jika tidak maka siapa lagi yang akan mengurusnya. Jika tidak ada yang mengurusnya siapa lagi yang akan bertanggung jawab etrhadap generasi masa depan. Hanyalah seorang pesuruh SD, yang hanya tamatan SD, yang dalam hidupnya tidaklah sempat mendapatkan materi-materi kajian seperti kita di kampus, kajian tentang Ghozwul Fikri, Qoshoisud Da’wah. Yang tidak mengenal Marhalatud da’wah, Istiqomah, dan lain-lain. Akan tetapi semangatnya membuat saya sering merasa iri.

Ditengah keluarganya yang hidup pas-pasan, mungkin mencari tambahan penghasilan lebih menarik bagi banyak orang daripada mengelola TPA sendirian, atau mengelola dakwah secara sendirian. Tetapi orang yang di beri petunjuk Allah akan mempunyai pendapat lain yang kadangkala terasa aneh dari logika kebanyakan manusia umumnya.
Jika saya merasa Be Te, sering saya mengingatnya, dan seringpula saya ternasehati karenanya.

“Salam buat rekan-rekan yang terkadang merasa “sendiri” dalam dakwahnya, Istiqamah selalu”.

Wallahu a’lam
Edy santoso
achedy [at] yahoo.com

0 Response to "Catatan dari Seorang Pengajar TPA"

Posting Komentar