Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

Pentingnya kepemimpinan dibicarakan adalah alasan tentang makna kepemimpinan. Sebagian orang mempersepsikan bahwa kepemimpinan itu adalah ‘kekuasaan-keuntungan’. Secara proposional kepemimpinan itu dimaknai sebagai suatu karakter yang akan membawa masyarakat sampai pada tujuan yang telah disepakati bersama. Yang dapat mengartikulasikan dan menghamonisasikan berbagai kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya adalah prinsip kepercayaan. Seringkali merupakan sebuah kontrak sosial (secara eksplisit) antara pemimpin dan yang dipimpin. Sebuah kontrak yang mensyaratkan integritas dan keadilan. Dalam Islam kepemimpinan bukanlah milik segolongan elit. Tapi menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim.

Setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap dari kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu. (Hadist, Sahih Bukhari)

Setiap muslim pada setiap kesempatan wajib memilih pemimpin, jika ia dalam keadaan berkelompok (dalam perjalanan, dalam setiap aktivitas keseharian dalam shalat dll). Pemilihan pemimpin merupakan suatu proses pemilihan (musyawarah)secara sukarela yang melibatkan setiap anggota kelompok. Dalam proses ini secara implisit terlihat bahwa kepemimpinan merupakan sebuah proses dimana pemimpin berperan sebagai pemandu keinginan pengikutnya. Ini berarti seorang pemimpin tidak dapat bertindak sendiri atau memaksakan suatu kehendak tanpa bermusyawarah dengan pengikutnya.
Menurut perspektif Islam ada dua peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin, yaitu :
Pelayan. Pemimpin adalah pelayan bagi pengikutnya. Ia mencari kesejahteraan bagi pengikutnya.
Pemandu. Pemimpin adalah pemandu yang memberikan arahan pada pengikutnya untuk menunjukkan jalan yang terbaik bagi pengikutnya agar selamat sampai di tujuan.

Landasan Moral dalam Kepemimpinan Islam

Menurut Rafik Beekun dan Jamal Badawi (The Leadership Process in Islam, 1999). Dalam melakukan fungsinya sebagai pemimpin atau pengikut. Seorang muslim akan melewati empat tahapan proses dalam pembangunan spiritualnya. Keempat tahapan itu akan mempengaruhi perilaku kepemimpinannya.

Landasan pertama dari kepemimpinan Islam adalah iman. Iman mengejawantah pada kepercayaan kepada ke-Esa-an Allah dan kenabian Muhammad SAW. Pemimpin yang beriman selalu meyakini bahwa apa yang dimilikinya merupakan kepunyaan Allah, termasuk kekuasaan yang diamanatkan dari pengikutnya.

Landasan kedua adalah Islam. Islam berarti pencapaian kedamaian bersama Allah. Al Maududi (Gerakan Islam; Dinamika Nilai, Kekuasaan dan Perubahan, 1991) mengatakan bahwa Iman adalah benih dan Islam adalah buahnya. Karena iman tersebut maka seorang pemimpin yang mempraktekan Islam tidak akan pernah merasa dirinya sebagai orang yang paling berkuasa. Seperti kisah surat Ali bin Abi Thalib kepada penguasa propinsi Mesir Malik al Ashtar an Nukai;

Malik jangan kamu lupa jika kamu adalah penguasa atas mereka (rakyat Mesir), maka aku adalah penguasa atasmu dan Allah adalah penguasa tertinggi atas khalifah.

Landasan ketiga adalah taqwa. Seorang yang tunduk kepada Allah memiliki kesadaran dalam hatinya untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Al Maududi mengatakan bahwa esensi taqwa terletak di dalam hati dan pikiran bukan pada bentuk luar (jasmaniyah). Ketika seorang dikatakan bertaqwa maka segala pola pikirnya, emosinya dan sikapnya merefleksikan ke-Islamannya.

Landasan keempat adalah Ihsan. Taqwa adalah takut akan Allah dan selalu merasakan kehadiranNya. Sementara Ihsan adalah kecintaan kepada Allah. Kecintaan ini memotivasi seseorang untuk berbuat hanya pada tindakan yang disukai oleh Allah. Kecintaan kepada Allah akan membuat seorang pemimpin berlaku-berbuat yang terbaik semampu yang ia bisa.

Seperti sabda Nabi, "Berdoalah seperti kamu seolah-oleh melihatNya, jika tidak bisa, berpikirlah bahwa Dia melihatmu". (bersambung)

0 Response to "Kepemimpinan dalam Perspektif Islam"

Posting Komentar