Selain bertindak sebagai tangan-tangan keji AS, tentara AS ternyata juga diminta untuk menyebarkan agama Kristen kepada masyarakat Afghanistan yang didominasi Muslim. Dalam sebuah video, terlihat seorang pendeta militer yang ditempatkan di pangkalan militer Bagram tengah membagikan alkitab yang dicetak dengan bahasa setempat (Pashto dan Dari).
Dalam sebuah khotbah, Letnan Kolonel Gary Hensley, ketua pendeta militer AS di Afghanistan, terekam kamera tengah menganjurkan kepada seluruh prajurit bahwa tentara AS sebagai pengikut Isa Almasih memiliki kewajiban untuk memberikan kesaksian.
“Para anggota pasukan khusus – yang umumnya laki-laki. Kita semua melakukan hal yang sama sebagai umat Kristiani, kita berjuang demi Almasih. Kita akan menyebarkan Kristen,” katanya. “Sampaikan pesan-pesan surgawi kepada para penduduk, sehingga kita bisa mengajak mereka bersama-sama menuju Kerajaan Tuhan. Itulah yang perlu kita lakukan.”
Rekaman video tersebut, yang diambil setahun yang lalu oleh Brian Hughes – seorang pembuat film dokumenter yang merupakan mantan anggota militer AS yang menghabiskan beberapa hari di Bagram, diperoleh oleh James Bays dari Al Jazeera, yang meliput wilayah Afghanistan secara luas.
Bays juga mendapatkan sebuah kopian Injil berbahasa Pashto yang diperolehnya ketika mengikuti pembelajaran Alkitab di Bagram. Bays mengkonfirmasikian hal tersebut kepada seorang penduduk lokal yang berbahasa Pashto, dia menyatakan bahwa buku tersebut positif sebuah Injil.
Dalam rekaman video lain yang diambil di Bagram, Sersan Jon Watt, seorang prajurit AS yang menjadi pendeta militer, terlihat mengucapkan terima kasih atas upaya dari gerejanya di AS untuk mengirimkan salinan Alkitab yang dicetak dan dikirimkan ke Afghanistan.
“Saya ingin bersyukur kepada Tuhan karena gereja saya mau menggalang dana untuk mengirimkan Injil ke Afghanistan. Lalu datang dan mengirimkan dana tersebut keluar,” demikian katanya dalam sebuah kelas yang membahas isi Alkitab.
Tidak jelas apakah kitab-kitab tersebut didistribusikan ke Afghanistan, namun Hughes mengatakan bahwa tidak ada anggota jemaat yang menghaditi serangkaian kebaktian dan kelas Injil yang terdengar berbicara menggunakan bahasa Pashto atau Dari.
“Mereka tidak membahas cara belajar berbicara bahasa Dari atau Pashto, dengan membaca Injil dan mempergunakannya sebagai alat untuk pengajaran bahasa,” kata Hughes.
“Satu-satunya alasan mengapa mereka memiliki kitab-kitab berbahasa lokal semacam ini adalah untuk disebarkan kepada masyarakat Afghanistan. Saya tahu hal itu salah, dan saya juga tahu bahwa merekam hal ini dalam video akan menjadi hal penting.”
Para pejabat Pentagon sejauh ini belum memberikan tanggapan berkenaan dengan beredarnya salinan rekaman video yang dikirimkan kepada mereka, namun penyebarluasan kitab Injil di wilayah yang sensitif secara politis seperti Afghanistan jelas menimbulkan kecemasan di Washington.
Masih belum jelas apakah hadirnya kitab-kitab Injil dan juga desakan kepada para prajurit untuk memberikan kesaksian atas Almasih tetap berlanjut, namun rekaman video berusia satu tahun tersebut mementahkan peraturan dari pusat komando militer AS yang melarang keras anggota militer untuk melakukan praktik mempengaruhi ajaran agama dan keyakinan manapun.
Namun, dalam sebuah penggalan video yang direkam oleh Hughes, para pendeta militer tampaknya sudah menemukan cara baru untuk mengakali perintah yang dikenal dengan sebutan Perintah Nomor Satu Jenderal tersebut.
“Apa kita tahu artinya mengabarkan Injil?” Tanya Kapten Emmit Furner, seorang pendeta militer dalam sebuah pertemuan.
“Itu Perintah Nomor Satu Jenderal,” jawab salah satu prajurit.
Namun Watt balik mengatakan, “kita tidak diperkenankan menyebarkan ajaran Kristen, tapi kita tidak dilarang untuk memberikan hadiah.”
Dalam rekaman video tersebut, tampaknya para prajurit AS juga mendistribusikan Injil di Irak.
Dihadapan sebuah kelas yang membahas isi kitab Injil di Bagram, Afghanistan, Watt tertangkap kamera mengatakan: “Ketika saya selesai membeli sebuah karpet, saya memberikan sebuah kitab Injil kepada penjualnya.”
“Maksud dari penyebaran kitab Injil tersebut bukan seperti ‘hei, saya memberikan ini kepadamu dan saya akan memberikan kehidupan yang lebih baik kepadamu’, karena itu salah, (namun) ekspresi yang saya tangkap dari para penduduk Irak sangat luar biasa, mereka semua ingin mendengarkan kata-kata saya.”
Rekaman tersebut mencuat kala Barack Obama, presiden AS, bersiap untuk menyambut kedatangan Hamid Karzai, presiden Afghanistan, dalam sebuah konferensi yang membahas masalah al-Qaidah dan Taliban disepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan.
Pada 2007 silam, kasus serupa pernah dilakukan para misionaris dari Korea. Terlihat dalam rekaman video beberapa misionaris tengah mengajarkan Kristen serta "membaptis" anak-anak Afghanistan dengan gerakan-gerakan serta nyanyian.
src : dakta radio
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah makin ksihan saja saudara2 kita di sana ya...
BalasHapus