"Pusat-pusat Islami harus memasukkan pemuda dalam dewan pengurus mereka, juga dalam proses pengambilan keputusan," ujar Imam Mahdi Bray, direktur eksekutif dari Kebebasan Masyarakat Muslim Amerika, (MAS Freedom).
"Ini merupakan tantangan besar yang dihadapi semua lembaga aktivitas Muslim dan Islam," katanya.
Pemimpin komunitas Muslim itu meyakini jika bahasa komunikasi dan diskusi yang sering digunakan di dalam masjid dan pusat-pusat Islami dalam menghadapi kaum muda perlu berubah.
"Kami harus berikan rasa keterkaitan dan tujuan kepada mereka yang tidak lagi terlibat dalam pusat-pusat Islam kami," tekan Mahdi.
Ia juga mengutip data yang ia anggap sebagai peringatan dari survey terkini menunjukkan hanya 23 -28 persen Muslim Amerika yang mengunjungi masjid-masjid.
"Itu menunjukkan pusat-pusat Islami hanya meraih, dalam hitungan kasar, seperempat populasi Muslim. Karena itu terdapat tantangan besar untuk memperluas jangkauan kita," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sheikh Shaker Elsayed, dari Masjid Al Hijra dan Pusat Islam di Falls Church, Virgnia. Ia mempercayai pentingnya menjangkau generasi muda bergabung dengan masjid dan pusat-pusat Islami.
"Mendidikan generasi muda merupakan peran penting dari lembaga, dan kita harus sangat fokus terhadap hal tersebut," ujarnya
Sementara Dawud Walid, direktur eksekutif Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) cabang Michigan mengatakan merangkul generasi muda sebenarnya adalah pengetahuan klasik dalam Islam yang juga harus dipraktekkan di Amerika.
"Dalam upaya keras ini, Pusat Islam harus bisa membentuk pemimpin muda dan mendorong mereka mempelajari Islam lebih jauh, bahkan dalam akademis," yakinnya.
"Institusi Islam harus berinvestasi dalam pelatihan keagamaan dan pendidikan terhadap kaum muda tentang Islam, demi membentuk generasi muda yang penuh," imbuh Dawud.
Tak hanya soal merangkul kaum muda, para tokoh Islam juga menekankan masalah kepemimpinan transparan dalam komunitas. "Pengelolaan dalam pusat-pusat Islami sudah waktunya sangat terbuka dan pemilihan pengurus di dalamnya mesti adil dan demokratis," tegas Mahdi.
Selain itu, Mahdi juga meyakini kurangnya aktivitas masjid dan pusat-pusat Islam terkait masalah sosial kaum Muslim membuat jarak lebar dengan masyarakat Muslim.
"Lembaga pusat Keislaman seharusnya memberdayakan berbagai pihak, termasuk pengurus untuk memperluas jaringan dan memfasilitasi program yang berkaitan masalah-masalah sosial dihadapai komunitas Muslim, seperti layanan sosial, kesehatan, dan urusan sipil lain," ujar Mahdi.
Sheikh Shaker berbagi pula pandangan serupa, menekankan jika masjid harus bertujuan pada pengembangan komunitas Muslim lebih luas.
"Selain mendidik pemuda, Pusat Islami di penjuru negara ini sudah semestinya berkonsentrasi pada bantuan kesehatan, penyelesaian kekerasan domestik dan pendidikan untuk anak-anak di usia awal," ujarnya.
"Saya yakin ada banyak hal yang harus dilakukan," ujarnya.
Paman Sam kini menjadi rumah bagi sekitar tujuh juta Muslim. Tidak diketahui secara akurat berapa jumlah masjid di negara tersebut, namun menurut perkiraan kasar terdapat sekurangnya 2.000 masjid tersebar di penjuru Amerika Serikat.
src:By Republika.co.id
0 Response to "Pemuda, Tantangan Teratas Masjid AS"
Posting Komentar