Mengenal diri sendiri(idraaku adz dzaat), menurut para pakar psikologi, merupakan tingkat pengenalan yang sangat penting. Orang yang sakit takkan bisa mendapatkan obat yang bisa menormalkan tubuhnya, kecuali bila yang bersangkutan mengetahui bahwa dirinya sakit, dan memerlukan pengobatan. Jadi, tahap yang paling pertama ntuk sembuh adalah kesadaran bahwa diri sedang sakit. Merasa ada sesuatu yang kurang, merasa ada yang tidak sempurna.
Banyak orang yang tahu dirinya sakit. Padahal dalam kepalanya, ia mempunyai banyak informasi tentang pengobatan. Sayangnya ia tak mengetahui dan tidak menyadari bila dirinya sedang sakit. Akibatnya, bukan hanya tak ada langkah pengobatan, tetapi sejurus dengan hal itu, penyakit yang ada senakin berat dan bertambah parah.
Saudaraku,
Mungkinkah, kita termasuk orang yang tak begitu mengetahui kondisi diri yang sebenarnya sedang sakit? Meski kalau kita ingin memeriksanya, kita akan mendapat banyak sekali penyakit yang sudah akut tidak terobati. Atau mungkin kita pernah menyadari kekurangan itu, dan kita pernah mengobatinya. Tapi pengobatan itu tidak berlanjut sehingga penyakit itu kembali datang dan kembali menguasai hati dan jiwa kita?
Saudaraku,
Orang yang merasakan dirinya kurang, mengakui banyak amal ketaatan yang luput dikerjakan, menadari bahwa diri tidak baik sebagai hamba Allah swt, adalah pintu pertama untuk gerbang kebaikan demi kebaikan lainnya. Itu lebih baik ketimbang orang yang merasa yakin dengan dirinya dan tertipu dengan ketaatan dan kebaikannya, lalu tak ada langkah mengetahui kondisi diri dan praktis tak ada pengobatan apapun yang dilakukan atau sakit dan aib yang sebenarnya ada.
Saudaraku,
Apakah kita ridha dengan diri kita? Apakah kita termasuk orang yang bodoh tapi tidak puas dengan kebaikan yang dilakukan diri sendiri? Atau, kita termasuk orang yang pandai tapi ridha dan puas dengan kebaikan diri sendiri? Jiwa kita sebenarnya cenderung pada yang baik dan terhormat. Jiwa kita tidak cenderung pada kekotoran dan kehinaan. Semakin kita pedul dan memperhatikan jiwa, jiwa ini akan peduli dan memperhatikan jiwa, jiwa ini akan semakin mengkilat. Samakin kita lalai dengan jiwa, jiwa kita pun akan semakin kotor.
Kita tak hanya diperintahkan untuk menjauhi dari yang haram tapi juga dianjurkan untuk membersikan hati, menyucikan jiwa.sebagaimana yang terdapat dalam Q.S An Najm:32. Intinya, kita tidak boleh larut dalam rasa telah melakukan sesuatu yang begitu mahal dalam beribadah. Tidak terlarut oleh bisikan yang mengatakan bahwa kita telah cukup banyak melakukan kebaikan. Tidak terbawa oleh perasaan bahwa kita telah memberi banyak kepada orang lain. Kedua, saat kita membersihkan jiwa, ketahuilah bahwa Allah swt saja yang kuasa untuk membersihkannya. Allah swt berfirman, “Balillahu yuzakkii man yasyaa” “akan tetapi Allah saja yang menyucikan siapapun yang ia kehendaki”.
Saudaraku,
Mari kita ingat kembali, kita tidak boleh merasa telah berjasa dan banyak berbuat baik. Dan bahwa hanya Allah yang bisa menyucikan dan membersihkan diri. Mari kita berdialog dengan diri sendiri, memeriksa kondisi jiwa dan hati, merenungi kekurangan demi kekurangan diri, mendekatkan diri pada Allah swt dengan memohon ampun. Beristigfarlah saudaraku…..
Posted by: majalah tarbawi edisi 19 Feb 09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Periksa Keadaan Diri"
Posting Komentar