Hati bagaikan cermin, karena jika hati ini bersih maka kita akan dengan mudah dan jelas melihat semua objek yang ada di depannya, termasuk melihat sosok diri, memperhatikan sedetil mungkin penampilan diri, apakah masih ada “kotoran” yang melekat pada diri. Cermin yang bersih dapat memantulkan cahaya, dan hati yang bersih akan terpancar pada tutur kata, perilaku yang bercahaya. Hati yang bersih akan menuntun pemiliknya untuk sering melakukan muhasabah.
Cermin yang kotor tidak memiliki kemampuan untuk melihat secara jelas objek yang ada di depannya, atau bahkan tidak dapat melihatnya sama sekali. Begitupun dengan hati, kotoran di hati adalah kemaksiatan yang terus menerus dilakukan.
“Sekali-kali tidak (demikian) , sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS 83:14)
Rasulullah SAW pernah mengungkapkan bahwa di dalam diri manusia ada segumpal darah yang disebut qalbu, jika baik qalbunya maka akan baik pula seluruh perilakunya, begitu pun sebaliknya.
Sebenarnya manusia diciptakan dengan kualitas hati yang sama, seperti yang tercantum dalam surat Al A’raaf berikut ini:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menjadikan keturunan Bani Adam dari tulang punggung mereka dan Allah mengambil kesaksian atas diri mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, kami menjadi saksi,” Yang demikian supaya kamu tidak mengatakan di hari kiamat, “Sesungguhnya kami orang-orang yang lalai tentang ini.” (QS 7:172)
Tetapi seiring perjalanan waktu, kualitas itu menjadi berbeda-beda pada setiap individu. Karena kemaksiatan dan kelalain kepada Allah, hati akan menjadi keras dan menutupi cahaya yang akan masuk. Model hati seperti inilah yang dilarang oleh Allah.
“Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalu masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras.” (QS Al- Hadid: 16).
Seorang ulama hadist, Fiqih dan Ushul yang terkemuka, yaitu Ibnu Rajab, memaparkan penyebab yang membuat hati menjadi keras dan sulit menerima hidayah, yaitu:
1.Banyak bicara, dan meninggalkan dzikrullah
“Janganlah kamu banyak bicara kecuali dzikrullah. Sungguh, banyak bicara itu membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah yang berhati keras.” (HR Tirmidzi). Dan memang kalau banyak bicara, maka peluang jatuh pada kebohongan akan lebih besar lagi.
2.Banyak tertawa
“Janganlah kalian banyak tertawa, karena hal itu dapat mematikan hati” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Terkadang tanpa kita sadari, kita sering mentertawakan lawakan-lawakan yang mengandung unsur penghinaan atau merendahkan derajat orang lain. Maka mulai saat ini, harus selektif melihat tayangan televisi atau bahkan bergurau dengan teman pun harus lebih dievaluasi lagi.
3.Banyak makan
Sekarang ini, banyak sekali makanan yang sangat menggiurkan dipampang di etalase mall-mall, ataupun restoran-restoran. Tapi pernahkah kita mempertanyakan kehalalan nya? Yang terjadi, seringkali kita memakan makanan yang dianggap enak, padahal selain unsur nutrisi dan thoyib, maka unsur halal dan haramnya makanan pun harus menjadi salah satu kriteria yang kita perhatikan. Ada seorang teman, yang begitu wara nya beliau terhadap makanan, sampai ketika disuguhi makan ayam saja tidak mau, karena beliau merasa ragu apakah ayam itu disembelih dengan cara yang halal.
4.Banyak dosa dan maksiat
Rasulullah SAW mengibaratkan dosa seperti titik hitam yang menempel di hati. Jika pelakunya bertobat lalu meninggalkan kemaksiatannya dan memohon ampun pada Allah, hatinya berubah mengkilat. Jika kemaksiatan itu bertambah, bertambah juga titik itu. (HR Tirmidzi)
Untuk mendapatkan hati yang bersih sehingga akan mudah menerima kebenaran, maka ada beberap resep sbb:
1.Banyak mengingat Allah dalam hati dan lisan.
Yahya bin Mu’adz dan Ibrahim Al-Khawwash, menggolongkan 5 penawar hati, yaitu:
- Membaca Al-Qur’an dan merenunginya
- Mengosongkan perut
- Qiyamullail
- Beribadah di malam hari
- Berkawan dengan orang shaleh
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram ( QS Ar-Ra’d:28)
2.Berbuat baik pada anak yatim dan fakir miskin
“Jika anda ingin melunakkan hati anda, sentuhlah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.” (HR Ahmad)
3.Banyak mengingat mati
Kematian adalah suatu yang psti terjadi pada mahluk yang bernyawa. Rasulullah SAW berpesan kepada umatnya “perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (mati).”
4.Menziarahi kubur dan memikirkan penghuninya
“Ziarahilah kuburan karena hal itu dapat mengingatkan kalian dengan kematian.” (HR Muslim)
Semoga kita senantiasa menjadi seseorang yang senantiasa rajin membersihkan cermin di hati kita, sehingga kita akan mudah menerima cahaya kebenaran.
0 Response to "Hati Bagaikan Cermin"
Posting Komentar